FoSSEI Siap Kontribusi SDM Syariah

Diantara arah kebijakan pengembangan perbankan syariah di tahun 2011 ialah difokuskan untuk pengembangan sumber daya manusia perbankan syariah dimana dalam perspektif manajemen modern, human capital merupakan elemen terpenting dan penentu dalam mencapai visi dan keunggulan bersaing organisasi, sebagaimana outlook perbankan syariah 2011 yang disampaikan DR Halim Alamsyah Deputi Gubernur Bank Indonesia pada Seminar Akhir Tahun tentang Outlook Perbankan Syariah menjelang akhir tahun 2010 lalu.

Masih tingginya kebutuhan SDM syariah untuk bekerja di perbankan syariah membuat banyak pihak menganggap bahwa tenaga kerja yang akhir tahun 2010 telah mencapai kurang lebih 17.000 tenaga kerja untuk Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah(Statistik perbankan syariah BI, Desember 2010) ini diantaranya masih dianggap tidak memiliki keahlian yang memadai dan cenderung SDM Syariah yang sangat instan memahami prinsip-prinsip syariah dalam implementasi keuangan maupun perbankan. Setidaknya dapat diambil kesimpulan dari lambatnya inovasi produk perbankan syariah yang sangat dibutuhkan dalam program diversifikasi produk untuk meningkatkan daya saing perbankan syariah terhadap perbankan nasional. Sedang pada tahun ini saja setidaknya dibutuhkan sebanyak 27.328 orang(DR. Rizqullah, Dirut BNI Syariah) untuk memenuhi industry perbankan syariah. Berarti kurang lebih masih membutuhkan 10.000 tenaga kerja yang siap menjalankan operasional bank.

Realitas ini tidak hanya disadari oleh Bank Indonesia sebagai regulator ataupun akademisi yang meramu metode pendidikan ekonomi syariah dalam pengembangan SDM syariah yang kompeten. FoSSEI (Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam) yang merupakan wadah aktualisasi mahasiswa yang intens mengkaji ekonomi islam secara empiris bersiap diri menjadi bagian penting dalam mensuplai SDM syariah yang dibutuhkan dunia keuangan dan perbankan syariah. Hal ini telah dibuktikannya dengan rutin melakukan pengkajian dan pembinaan mahasiswa-mahasiswa yang tergabung dalam keanggotaan baik di tingkat kampus yang tersebar di 120 perguruan tinggi di tanah air maupun di tingkat wilayah regional dengan sebaran 15 regional se-Indonesia. Yakni, Sumatera Bagian Utara, Sumatera Bagian Tengah, Sumatera Bagian Selatan, Banten, Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sunda Kecil, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah. Hal ini selaras dengan apa yang dinyatakan oleh Fahri Hamzah, penulis Buku Negara, Pasar dan Rakyat yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi III DPR RI dalam kesempatan Sharia Economist Training (SET) FoSSEI Regional Jabodetabek, 11 sampai 13 Februari 2011 lalu, bahwa mahasiswa sudah sepatutnya mengambil peran dalam kancah pengembangan leadership (kepemimpinan) masa depan yang mampu mengangkat harga diri bangsa dari kemajuan ekonomi yang lebih produktif dan merata, dengan lebih intens berfikir sejak dini mengenai hal-hal yang rumit atau yang melampaui usianya saat ini. Maka dengan demikian, ide-ide pembangunan ekonomi bangsa sangat memungkinkan mampu dilahirkan dengan sangat mudah.

Tentang FoSSEI, bangsa sangat berharap lahirnya tokoh-tokoh muda yang memiliki mentalitas kuat kelak dalam birokrasi untuk memberdayakan sumber daya alam yang sangat banyak ini untuk kemakmuran yang merata, sehingga problem bersama bernama kemiskinan bisa teratasi secara cepat, Ujar DR Muhammad Syafii Antonio, M.Ec yang juga berkesempatan memberikan Finishing Touch kepada peserta yang terdiri dari 16 perguruan tinggi dalam acara SET FoSSEI Regional Jabodetabek di STEI Tazkia Sentul ini.

Dalam hal ini FoSSEI yang mengaktualisasikan dirinya dalam pengkajian dan pengembangan khazanah keilmuan ekonomi islam, memiliki setidaknya konsep pengembangan SDM syariah yang dianggap menjadi bagian dari problem solving atas kebutuhan SDM syariah yang cukup banyak oleh indsutri keuangan dan perbankan syariah, meskipun kampus-kampus yang tergabung dalam keanggotaan FoSSEI tidak memiliki jurusan atau program studi yang berkaitan dengan ekonomi syariah.

Pertama, pemahaman aspek elementer (dasar) dari prinsip-prinsip ekonomi islam diwadahi dengan adanya dan dibentuknya Small Group Discussion (SGD) yang terdiri dari 7 – 10 mahasiswa dengan dibimbing oleh salah seorang diantara mereka yang bertindak sebagai tutor. Pengelompokkan ini diharapkan mampu menumbuhkan semangat mempelajari dan berdiskusi lebih intens yang berkelanjutan mengenai aspek dasar ekonomi islam. Sebab dalam metode belajar mengajar efektif, microteaching jauh lebih mampu mendinamisasi suasana diskusi terhadap materi tertentu. Dengan ini, mka mahasiswa mampu memahami ekonomi islam secara mendasar sebagai bekal memahami implementasi muamalah dalam era kekinian.

Kedua, kajian rutin yang membahas isu-isu ekonomi syariah kontemporer, baik dari analisis akad transaksi keuangan kontemporer pada produk perbankan dan keuangan syariah, maupun kepatuhan syariah (sharia compliance) bagi institusi bisnis syariah terhadap prinsip syariah itu sendiri, terutama terhadap Fatwa DSN MUI sebagai benchmark setiap transaksi. Bahkan dalam program beberapa kampus, sudah melaksanakan Kuliah Informal Ekonomi Islam (KIEI) sebagai sarana yang lebih mendalam lagi memahami ekonmi islam.

Dan ketiga, melengkapi pemahaman ekonomi islam secara elementer, FoSSEI memberikan wadah untuk dapat mengetahui dan dengannya mampu berkontribusi bersama sedini mungkin dalam sosialisasi ekonomi syariah dalam simpul gerakan bersama yang distumulus dengan adanya kegiatan Diklat Ekonomi Islam (DEI) dan Sharia Economist Training (SET) di tingkat regional. Harapannya adalah masing-masing individu memiliki kesadaran (awareness) yang baik untuk lebih peduli kepada bangsanya sedini mungkin pada fenomena-fenomena masyarakat sipil beserta pemecahannya.

Arah gerakan FoSSEI ke depan akan mencoba merambah dan mewarnai wacana-wacana public mengenai dunia islam di bidang ekonomi dalam upaya memberikan solusi sistem perekonomian nasional yang telah terbukti tidak mampu membawa rakyatnya pada kemakmuran yang merata dan distribusi harta yang adil. Semoga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manusia (Insan) Sebagai Objek Kaderisasi

Ketuban Pecah Dini Tak Harus Berakhir Operasi Caesar

Konsep Dasar Akuntansi