Pesona Manusia Pengusung Ekonomi Islam

Perkembangan Ekonomi Islam di dunia saat ini menggambarkan secara nyata betapa islam memiliki konsep ekonomi yang jauh lebih unggul dari berbagai sistim yang ada dan telah diterapkan di belahan dunia manapun. Ketahanan bank dan lembaga keuangan islam saat krisis adalah bukti konkrit bahwa ‘sistim imunitas’ perbankan ataupun lembaga keuangan dibangun dari sistim yang memiliki nilai-nilai keadilan dan akuntabilitas. Tiga pilar utama ‘Keuangan Setan’(Satanic Finance) yang dikemukakan DR.(HC) Riawan Amin memang benar-benar direduksi dalam segala sistimnya. Sebab Ekonomi Islam punya konsep yang tidak hanya untuk kepentingan memaksimalkan pertumbuhan ekonomi, kemakmuran dan tingkat konsumsi. Tetapi, visi besarnya bermuara pada terciotanya sebuah masyarakat yang makmur secara materil dibarengi dengan kemajuan spiritual, terciptanya persaudaraan antar sesama, keharmonisan keluarga dan sosial. Keadilan ekonomi dan kesejahteraan yang dirasakan bersama. Maka, keluhuran nilai islam itu pula yang membuatnya dimanage secara jujur dan profesional karena merupakan bagian dari proses pencapaian tujuan-tujuan syariat.

Menyadari Persoalan Bersama

Kebutuhan sumber daya manusia untuk memenuhi pesatnya perkembangan bisnis syariah juga dirasa masih sangat besar. Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah, Veithzhal Riva’i, mengatakan setidaknya butuh sekitar 24 ribu sumber daya manusia untuk dispulai pada berbagai lembaga bisnis syariah (perbankan, leasing, asuransi, pegadaian, bisnis islami dll). Langkah-langkah yang harus ditempuh adalah dengan program kaderisasi, yaitu memaksimalkan perguruan tinggi ekonomi islam dengan memperbanyak jumlahnya dan membuka jurusab ekonomi Syariah di Perguruan Tinggi negeri di tanah air. Langkah edukasi ini yang dirasa cukup untuk menyelesaikan persoalan kebutuhan sumber daya manusia tadi untuk sementara waktu.

Ada persoalan yang mungkin tidak disadari secara bersama soal sumber daya manusia yang akan bergabung dan berpartisipasi menjadi salah satu perangkat ekonomi yang vital juga menentukan tercapai tidaknya visi keluhuran Islam tadi. Persoalannya adalah SDM saat ini tahu betul soal teknis dan hal-hal terkait pengelolaan lembaga-lembaga syariah, tetapi di sisi lain minim dalam substansi prinsip pembangun ekonomi syariah. Bahwa ada maqashid syariah yang menjadi muara segala aktivitas sosial-ekonomi suatu bangsa. Ini merupakan persoalan inti bersama atas manusia-manusia yang akan bermusyarokah dalam pengembangan ekonomi Islam menuji cita-citanya. Ini pula yang dikemukakan oleh DR. M. Umer Chapra, ekonom muslim dunia, bahwa lokomotif utama dibalik pasang surutnya setiap peradaban adalah manusianya.

Saat ini risalah ekonomi islam yang diberikan Allah kepada kita melalui RasulNya tidak terlalu tampak keluhurannya karena umat muslim sendiri yang menjadi penghalang dan meghijab cahaya keluhuran itu tampak terang sebagaimana mestinya. Karakter manusia pengusungnya belum mampu menyamai kemuliaan risalah islam sehingga ini akan tetap menjadi persoalan yang berlarut-larut jika usaha-usaha ‘mereformasi manusia’ sebagaimana Rasulullah lakukan tidak menjadi agenda utama bersama.

Manusia sebagai suprastruktur dai ekonomi bisa menjadi sumber keberkahan atau menjadi malapetaka bagi kemanusiaan. “Tergantung pada proses pendidikan, karakter, dan sikap mentalnya,” ungkap Umer Chapra. DR. M. Umer Chapra juga mengemukakan bahwa jika moralitas, sebagaimana juga kualitas mentalnya, tidak meningkat, maka ia bisa jadi tidak memiliki kemampuan atau motivasi untuk melakukan hal-hal yang penting bagi kesejahteraannya, apalagi bagi masyarakat maupun umat manusia. Maka sebuah gerakan islam, menurutnya, tidak memiliki pilihan lain kecuali menunjukkan keteladanan moral yang baik. Mangadopsi sikap moderat yang bebas dari fanatisme dan sikap tidak toleran, serta menghindari konflik internal maupun eksternal dan konfrontasi sedapat mungkin.

Tiga Tahapan Utama

Dengan memahami persoalan bersama berarti kita sepakat untuk segera secara bersama pula mereduksi persoalan itu sedapat mungkin. Dan ini akan menjadi agenda-agenda utama kita untuk mengurangi yang juga mendekatkan jarak pesona manusia muslim dengan risalah islam yang mempesona.
Pertama, memperbaharui afiliasi keislaman manusia muslim yang akan mengusung ekonomi islam. Kebutuhan SDM yang sangat besar oleh lembaga bisnis syariah jadi alasan banyak orang untuk mengejkar peluang karir itu. Dan trend ini juga mengindikasikan bahwa anggapan mengenai lembaga bisnis syariah adalah tak ada bedanya dengan lembaga konvensional yang tidak terikat oleh nilai-nilai luhur agama, sehingga visi besar untuk memakmurkan masyarakat tidak tercapai dalm tempo waktu yang efisien.

Memperbaharui afiliasi keislaman berarti memperkuat komitmen manusia muslim kepada prinsip-prinsip islam agar tahu betul langkah-langkah apa yang akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan syariah.

Kedua, saat manusia muslim mecapai titik keshalihan pribadi, maka tahapan selanjutnya adalah mengarahkannya untuk berpartisipasi dalam komunitas masyarakat untuk ditugaskan mendistribusi keshalihannya kepada orang lain. Dengan kata lain mentransformasi keshalihan pribadi menjadi keshalihan bersama/kolektif. Hal ini sangat penting karena tahap ini adalah tahapan bagi muslimin untuk mengasah dan mempertajam potensi diri dan potensi kolektif. Muslim yang satu dengan yang lainnya dilebur dalam suatu kelompok/komunitas yang akan intens mendakwahkan ekonomi islam ke sebayak mungkin orang.

Ketiga, adalah tahapan dimana muslimin dituntut untuk berkontribusi secara maksimal dalam bingkai dakwah ekonomi islam sesuai potensi dirinya dan kekhasan pribadi masing-masing. Memastiakn muslimin untuk terus-menerus berkontribusi kepada islam hingga saatnya gerakan dakwah mencapai segala tujuannya untuk mensejahterakan umat manusia dimanapun. Saat dimana setiap muslim akan berlomba-lomba dalam memproduksi dan mendistribusi kebaikan bagi seluruh alam dan isinya.

Maka, sejarah yang kelak akan mencatat pesona manusia muslim pengusung ekonomi islam benar-benar sulit dibedakan dengan ekluhuran risalah islam. Semoga

Komentar