Berterimakasih Pada Pak Polisi Di Ramadhan Ini

Saya bukan anak pejabat eselon I atau II atau lainnya. Saya juga bukan anak polisi. Ha. Tapi saya cuma warga negara ini yang mencoba melihat sisi lain dari betapa banyaknya kasus yang ditangani polisi yang menimbulkan kegerahan bagi saya, Anda dan kita semua. Namun, kali ini saya pribadi mencoba mem-parsialkan itu semua. Setuju atau tidak dengan pendapat saya ini kembali ke pribadi masing-masing memandangnya.


Polisi yang punya catatan buruk di masyarakat dengan segala kepongahannya membuat siapapun penghuni tanah surga ini (Indonesia) geram. Kasus korupsi yang banyak seolah diabaikan. Atau jika tidak, lama sekali prosesnya. Kemudian, di tubuh struktur kepolisian itu sendiri juga begitu banyak problem sana sini. Dari dugaan adanya mafia kasus, dan sebagainya. Hhh. Saya sendiri kadang geram sendiri saat melihat berita soal ini. Duh, tolong dong pak segera diusut. Keburu dilumitin. He. Nah, pandangan kita pun melihat polisi juga bisa dihitung yang punya pikiran positif. Ya, setidaknya mendukung segala bentuk aksi aparat dari hasil kebijakannya. Kan untuk kepentingan umum juga. Lalu sisanya, waah jangan harap. Wong ditilang terus kok. He. Lalu kesal. Lalu marah. Lalu..??? ya begitulah. Apa yang jadi tindakan polisi selalu diduga ada "udang dibalik bintang." Waduh, istilah apa pula. Piss.

Kini. Ramadhan tahun ini. Di tahun 1431 Hijriah, marilah mencoba berbuat baik kepada siapapun di sekitar kita. Minimal berprasangka baik terhadapnya. Ramadhan ini menuntut kita untuk 'memanusiakan manusia". Memberikan kepada mereka hak untuk diberi penghargaan, penghormatan dan pengakuan. Dalam kaitan pak Polisi kita. Aparat keamanan. Juga sebagai penegak hukum. Yang institusinya sudah memisahkan dari angkatan bersenjata, lalu bermetamorfosis menjadi institusi yang melayani masyarakat. Lihat saja tulis-tulisan yang ada di mobil-mobil polisi. Nomor dan himbauan layanan masyarakat. He. Ketemu ga.? Juga adalah putra-putra bangsa yang juga punya hak yang sama dengan level masyarakat pada umumnya. Status sebagai penegak hukum memang menjadi tuntutannya sendiri untuk memiliki integritas yang sama dengan nilai-nilai yang dijunjungnya. Yakni, hukum yang berkeadilan. Jika ngga adil, ya luntur status kepenagakan hukumnya. Moga tidak.

Sekali lagi saya sendiri memandangnya agak parsial soal integritas ini. Berarti kurang lebih ada dua kacamata yang saya pakai. Padahal ga pake kacamata. Tu kan istilah saja. Kembali, bahwa sisi kekurangan adalah hal yang masih tetap menjadi perhatian masyarakat untuk secara kontinu memberikan suara-suaranya secara langsung atau tidak langsung. Demi keadilan juga. Dan demi penegakan hukum di negara kita pula. Serta, sebagai masyarakat yang mencoba setidaknya mengawasi tindak-tanduk aparat kita. Namun, sisi kacamata lain yang diganakan adalah pengakuan kita terhadap apa yang telah dilakukan oleh kepolisian dengan aksi-aksi prestatif mereka. Wahh, pak polisi Geer. Ga pa saya cuma guyon.^_^. Keberhasilannya mencegah aksi terorisme. Menangkap dan menindaknya. Lalu pengusutan aksi kriminalitas. Penertiban masyarakat dan lalu lintas. Dan yang lainnya. Saya kira anda juga tau.

Ramadhan ini marilah kita berterima kasih pada pak polisi. Karena pra ramadhan beliau-beliau mencoba menjamin keamanan kita dalam menjalankan ibadah puasa. Agar puasa di negeri ini bisa kondusif tanpa adanya ketegangan dan keregangan diantara masyarakat. Dan bagi pengguna jalan atau pegawai swasta maupun negeri yang mau pulang lebih awal untuk berbuka puasa dengan keluarga, polisi juga memberi amal terbaiknya dengan mengatur lalu lintas agar saya, Anda dan kita semua bisa merasakan bahagianya berbuka dengan keluarga dan dengan perjalanan yang dijamin keselamatannya oleh pak polisi. Yang barangkali diantara mereka (polisi) tidak punya kesempatan yang sama untuk merasakan kebahagiaan yang kita rasakan kini. Atau juga sekedar berterima kasih karena premanisme sedikit demi sedikit bisa ditertibkan di terminal-terminal tempat kita naik angkutan umum. Atau juga sekedar berterima kasih karena petasan yang mengganggu tarawih kita itu, dilarang peredarannya. Hingga tarawih Anda lebih khusyu dibanding dengan terdengarnya dentuman-dentuman petasan itu. Dan bagi para pemudik, bertemikasihlah lebih dini. Karena jauh hari pak polisi kita sudah memikirkan Anda. Memikirkan bagaimana mengupayakan agar Anda tidak terjebak macet. ATau minimal macetnya tidak terlalu lama. Dan mengupayakan memeberikan pertolongan pertama bagi pengendara yang kecelakaan. Itu.

Boleh jadi banyak pak polisi yang tidak bisa berbuka dengan keluarganya. Juga menyantap sahur bersama. Juga sekedar menemani anak-anaknya bermain sembari membimbingnya agar lebih dewasa menyikapi puasanya. Ibadahnya. Dan ketaatannya pada Tuhannya. Sedikit empati. Saat Anda dan kita semua mudik, lalu bercengkrama dengan keluarga besar, lalu tertawa bahagia. Tapi. ...*** Tidak bagi pak polisi. Berjibaku dengan debu dan terik. "Berselimut" jaket karena angin malam dan nyamuk. Waah, salam hormat pak. Hhh.

Boleh jadi Anda menyatakan, "Ya, kan itu tugas mereka. Kenapa mesti repot-repot diakui lalu dihormati?" Bagi saya memang ada benarnya juga sih. Tapi, bagi saya semua itu pilhan, bukan tugas. Pilihan pak polisi untuk menjadi aparat penegak hukum. Mengatur lalu lintas, menjaga keamanan masyarakat. Menindak kriminalitas. Dan menjamin ketertiban umum. Adalah pilihan yang saya akui juga sama mulianya dengan amalan-amalan lainnya. Baik ritual atau ibadah pada umumnya. Kalau Anda menanyakan hal itu, saya sendiri punya pertanyaan balik. " Mengapa pula Anda atau kita punya pilihan menjadi diri kita yang sekarang dengan segala yang kita miliki ..?? Ting...ting...ting. Bingung. Boleh jadi ada jawaban, " Ya, kan itu hak saya bro. Kita kan sudah dijamin kemerdekaannya." Ya, ya bolehlah. Kalau itu jawabannya, berarti boleh dong pak polisi kita menyatakan hal sama.?? Kan merdeka juga. Nah, sekali lagi bagi saya itu PILIHAN, BUKAN TUGAS. Kalau tugas, maka kebaikan-kebaikan kita juga dianggap layaknya tiugas. Lalu tidak patut diakui dan dihormati. Maka, dengan cara pandang demikian kita punya kacamata yang jauh lebih objektif dalam menilai orang lain. Dengan lebih normatif dan apa adanya. Karena apa adanya, maka kita bisa jauh lebih mudah menghargai orang lain karena kebaikannya. Dengan menafikan perilaku buruk yang pernah ia lakukan. Tapi, dalam hal ini upaya-upaya prudent (kehati-hatian) tetap dijaga. Karena orang bermuka dua juga banyak.^_^.

Muaranya adalah kita berharap keharmonisan tiap dan antar level masyarakat bisa terjalin di ramadhan ini. Kita yang begitu peduli dengan bangsa ini, tidak bisa hanya menuntut orang lain berperilaku baik. Atau bahkan berperilaku baik pada diri kita. Parah. Tindakan bijak adalah masing-masing kita melakukan apa yang kita tuntut itu dengan kerja-kerja kontribusi, meskipun sedkit dan remeh temeh. Tapi, jika diakumulasi maka akan jadi kerja-kerja besar masyarakat yang mau membangun bangsanya sendiri. Dan agar kita bisa menghargai orang lain dan memperlakukannya lebih manusiawi. Sebagaimana kita hendaknya BERTERIMAKASIH PADA PAK POLISI DI RAMADHAN INI. Atau jika Anda tidak tertarik, biar saya yang lakukan. Wallahu Alam

*foto 1 : http://heneey.blogspot.com/2009_10_01_archive.html
*foto 2 : http://www.karawanginfo.com/?tag=club-motor
*foto 3 : http://surabaya.detik.com/readfoto/2008/09/03/183406/999842/473/1/polisi-bagi-bagi-takjil
*foto 4 : http://202.59.168.245/galeri_detail.php?id=1
*foto 5 : http://202.59.168.245/galeri_detail.php?id=1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manusia (Insan) Sebagai Objek Kaderisasi

Ketuban Pecah Dini Tak Harus Berakhir Operasi Caesar

Konsep Dasar Akuntansi