Menciptakan Sebab Diberikannya Diutusnya“Burung dan Sarang Laba-Laba”

Kudongakkan kepala, dan kulihat kaki beberapa orang. Aku berkata,”Wahai Nabi Allah, andaikata mereka melongokkan pandangannya, tentu mereka akan melihat kita. ”Tutur Abu Bakar. Rasulullah saw mengatakan ,”Diamlah wahai Abu Bakar. Dua orang, dan yang ketiganya adalah Allah. Dalam riwayat yang lain,” Apa perkiraanmu wahai Abu Bakar tentang dua orang, sedang yang ketiganya adalah Allah?” Tanya Rasulullah.

Dialognya menyejarah. Dialog itu terjadi saat keduanya berada dalam gua Tsur yang merupakan awal proses hijrahnya Rasulullah bersama Abu Bakar setelah ada perintah dari Allah SWT. Cuma itu yang bisa rasul katakan kepada sahabat dekatnya. Karena selain tidak ada lagi yang dapat menolongnya, tidak ada pula wilayah kemungkinan yang mampu menghindarinya dari kejaran Quraisy. Sebab sudah ada pengepungan di sekeliling gua itu. Maka yang mereka punya cuma Allah. Tuhannya.

Siapa yang saat ini tidak merasa terkepung dengan segala kemunafikan-kemunafikan dunia. Yang mengakibatkan usaha-usaha penjernihan diri selalu menghadapi kendala. Lingkungan saat ini yang sebagaimana kita pahami adalah ironi. Paradoks dengan maksud diciptakannya manusia. Lingkungan tidak lagi mendukung keberlangsungan hidup yang serasi dan selaras dengan perintah tuhan. Sebab ia menyimpan potensi merusak. Tidak lain juga karena manusianya yang menimbulkan potensi itu.

Ada kekhawatiran yang membuat kita jadi rumit menghadapinya. Bahwa kerja-kerja perbaikan diri kita selalu ditambah dengan kerja-kerja menghadapi hambatan bahkan penolakan. Pastinya disetiap usaha itu selalu saja ada awal yang mengharuskan kita mereduksinya terlebih dahulu. Baru kemudian melesat dalam memperbaiki diri dan memproduksi kebaikan-kebaikan. Maka kaidah dalam kebenaran saat ini adalah sulit. Apalagi sendirian untuk selalu dalam kebenaran. Maka hadirnya ‘pihak lain’ mutlak dibutuhkan. Baik keluarga, teman, atau siapapun yang mau selalu dalam kebenaran. Tetapi hakikatnya setiap kita butuh Allah. Dimana pertolongannya akan betul-betul terasa saat tidak ada lagi yang punya peran mendukung kebenaran. Karena memang diantara rangkaian aktivitas kita, Allah punya peran yang penuh akan hasilnya. Maka memang benar adanya bahwa setiap kita hanya dituntut untuk memproduksi usaha bukan hasil. Tetapi muara produksi itu juga harus tervisualisasikan. Agar ketersesuaian antara tujuan dan usaha bisa terwujud.

Yang saat ini mendesak ialah menghadirkan sebab turunnya pertolongan Allah. Meskipun pada hakikatnya Ia selalu merahmati hamba-hambaNya. Tetapi persoalan yang dimaksud adalah kesinambungannya perlindungan Allah dalam hal-hal yang berada diluar kendali kita sebagai manusia. Dimana kekhilafan punya kemungkinan besar untuk terus berulang dilakukan. Hal inilah yang sama-sama tidak kita kehendaki. Maka dari itu kita perlu menciptakan sebab-sebab yang memungkinkan diberikannya perlindungan kepada kita ketika dalam keadaan lupa atau terhimpit.

Nampaknya cuma selalu memperbaiki ketaatan dan terus menerus taat dengan perintah Allah-lah yang dengannya akan jadi sebab turunnya pertolongan Allah. Pertolongan yang terjadi seperti saat Rasul dan Abu Bakar berada dalam gua. Maka ketika kafir Quraisy mencari jejak-jejak keberadaan rasul, Allah membuat ‘tabir’ yang seolah ‘menghijab’ logika mereka. Yang dalam benaknya mengangggap cukup yakin bahwa tidak mungkin ada seseorang di dalam gua sedang sarang laba-laba dan burung berada tepat di mulut gua Tsur saat itu. Itulah yang banyak kalangan bahkan mengkategorikannya sebagai mukjizat. Walaupun ada pula yang tidak. Tetapi terlepas dari itu, yang jelas itu wujud ‘campur tangan’ Allah bersama orang-orang yang selalu komitmen dalam kebenaran. Dan sejatinya dalam pesona Rasulullah yang jadi pemicunya. Kelayakan untuk meraih pertolongan ‘spesial’ itu timbul dari dalam diri Rasulullah. Keluhuran, kemuliaan, dan kepatuhan kepada Rabbnya.

Ini pula nampaknya yang akan mereduksi pemahaman bahwa karakter seseorang itu dipengaruhi oleh lingkungan dalam porsi yang besa dengan mengabaikan variable lain. Dan mungkin pernyataan James Allen, seorang ahli psikologi kepribadian, bahwa lingkungan itu representasi dari karakter seseorang yang paling berpengaruh di dalamnya ada benarnya juga. Karena menurutnya jika lingkungan yang membentuk kepribadian seseorang maka hilanglah kemerdekaannya.

Yakinilah diantara rangkaian aktivitas amal kita setahun lalu akan jadi pemicu hadirnya pertolongan-pertolongan Allah di masa mendatang. Dengan syarat, ikhlas disertakan dalam amal-amal itu. Maka hari ini adalah momentum tepat untuk kembali berpijak dengan lebih yakin bersama kebenaran. Meski sendirian. Saat ini dan setahun kedepan adalah masa dimana kita selalu bersama Allah setiap saat dengan intensitas yang jauh lebih besar. Agar cinta kita kepada Allah bisa berbalas dengan lebih terasa. Dan agar kita bisa menghadirkan diantara perjalanan hidup kita, turunnya ‘sarang laba-laba dan seekor burung’ sebagai wujud telah terbalasnya cinta kita dalam bentuk pertolongan. Semoga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manusia (Insan) Sebagai Objek Kaderisasi

Ketuban Pecah Dini Tak Harus Berakhir Operasi Caesar

Konsep Dasar Akuntansi