BABY BLUES, OH BABY BLUES…
Alif Hafizh Setiawan, itulah nama yang kuberikan pada putra pertamaku. Mau tau artinya? Sejujurnya, aku dan suami menyukai sesuatu yang simple, termasuk dalam penamaan anak. Kami sepakat untuk memberikan nama anak-anak kami dengan nama yang pendek, mudah diingat dan dilafalkan, serta sesuai dengan zamannya, tentunya mempunyai makna yang baik. Anggapan bahwa nama adalah do’a, tidak berarti membuat kami menuangkan seluruh do’a-do’a kami sebagai orang tua dalam nama anak, karena akan sangat panjang tentunya. Alif artinya orang yang ramah dan lemut. Itu adalah harapan kelak anak kami memiliki kepribadian dan hubungan hablumminannas yang baik. Hafizh artinya Penjaga/pemelihara. Itu adalah harapan kami bahwa ia akan menjaga diri, keluarga, dan lingkungannya dalam ketaatan kepada Allah dan wujud nyatanya adalah menjadi pemelihara Al-Qur’an, bukan sekedar menuntaskan hafalan 30 juznya, tapi juga mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupannya. Sedangkan Setiawan adalah nama belakang Abinya, agar tercatat jelas nasabnya.
Seusai melahirkan Alif, ternyata tantangan tidak berhenti. Allah masih ingin aku belajar banyak hal. 6 jam pasca melahirkan, aku meninggalkan Rumah Sakit menuju klinik bidan untuk observasi dan bermalam di sana. Pada hari pertama kehidupannya, Alif-ku menghabiskan hampir semua waktunya untuk tidur. Kalaupun bangun hanya karena menangis haus. ASi-ku masih sangat sedikit saat itu, sangat sedikit. Tapi tetap kususui Alif meski kutahu ia belum puas, terlihat dari ia yang terus menangis. Akhirnya ditenangkan dengan ditimang-timang oleh suami sambil dibacakan murattal juz 30. Kami bertekad untuk memberikan hak Alif, ASI ekslusif selama 6 bulan, dilanjutkan hingga 2 tahun, tanpa tambahan susu formula. Kami tidak melihat adanya kebaikan dari penambahan susu formula kepada anak, selama sang Ibu mampu memberikan ASI. Sufor tidak dapat menggantikan ASI. Aku sudah mempersiapkan diri tuk berlelah-lelah sekalipun untuk menyusui anakku, kapanpun ia mau. Aku sudah mempersiapkan diri untuk menjaga asupan makananku demi memberi kualitas ASI terbaik bagi buah hatiku. Berdasarkan referensi dari Grup AIMI ASI, aku mendapatkan informasi bahwa bayi masih dapat bertahan tanpa asupan ASI dan makanan apapun selama 72 jam. Jadi, meski bidan, orang tua, dan sanak saudara menyarankanku untuk memberi susu formula pada Alif (karena kasihan melihat Alif menangis) aku tetap tidak bergeming. Aku tetap menyusuinya, untuk merangsang ASI-ku agar segera keluar. Buang Air Besar (BAB) Alif berwarna hitam pekat yang disebut mekonium, dan belum Buang Air Kecil (BAK) sama sekali. Setiap pagi kami menjemur Alif untuk mencegah bayi kuning atau bahasa ilmiahnya Jaundice. Dari artikel yang kubaca di Bidanku.com (situs yang dikelola oleh Bidan Yessie Aprilia), kudapatkan informasi bahwa :
“Bayi Kuning (Jaundice) adalah warna kekuningan yang didapatkan pada kulit dan lapisan mukosa (seperti bagian putih mata) sebagian bayi baru lahir. Dalam bahasa Indonesia hal ini lebih sering disebut sebagai ‘bayi kuning’ saja. Istilah lain yang kadang digunakan adalah ikterik. Hal ini dapat terjadi pada bayi dengan warna kulit apapun.
Warna kekuningan terjadi karena penumpukan zat kimia yang disebut bilirubin. Sel darah merah manusia memiliki waktu hidup tertentu. Setelah waktu hidupnya selesai, sel darah merah akan diuraikan menjadi beberapa zat, salah satunya bilirubin. Bilirubin ini akan diproses lebih lanjut oleh hati untuk kemudian dibuang sebagai empedu. Pada janin, tugas tersebut dapat dilakukan oleh hati ibu. Setelah lahir, tugas tersebut harus dilakukan sendiri oleh hati bayi yang belum cukup siap untuk memproses begitu banyak bilirubin sehingga terjadilah penumpukan bilirubin.
Sebagian besar jaundice tidak berbahaya. Namun pada situasi tertentu di mana kadar bilirubin menjadi sangat tinggi, kerusakan otak dapat terjadi. Hal ini terjadi karena walaupun secara normal bilirubin tidak dapat melewati pembatas jaringan otak dan aliran darah, pada kadar yang sangat tinggi pembatas tersebut dapat ditembus sehingga bilirubin meracuni jaringan otak.
Bilirubin akan dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk empedu yang dialirkan ke usus. Selain itu, empedu dapat terurai menjadi bilirubin di usus besar untuk kemudian diserap kembali oleh tubuh. Jika bayi tidak memperoleh cukup ASI, gerakan usus tidak banyak terpacu sehingga tidak banyak bilirubin yang dapat dikeluarkan sebagai empedu. Dan bayi yang tidak memperoleh cukup ASI tidak mengalami buang air besar yang cukup sering sehingga bilirubin hasil penguraian empedu akan tertahan di usus besar dan diserap kembali oleh tubuh. Selain itu kolostrum yang banyak terkandung pada ASI di hari-hari awal setelah persalinan memicu gerakan usus dan BAB. Karena itu, jika Anda menyusui, Anda harus melakukannya minimal 8-12 kali per hari dalam beberapa hari pertama. Dan penting untuk diperhatikan bahwa tidak pernah ada alasan untuk memberikan air atau air gula pada bayi untuk mencegah kenaikan bilirubin.”
Setelah menginap semalam di klinik bu bidan, keesokan harinya kami pulang ke rumah. Menjalani hari-hari awal mengasuh Alif sangat berkesan. Malam pertama di rumah, Alif tidak tidur semalaman dan terus menerus menangis. Meski sudah kususui, Alif tetap menangis. Kami mulai menduga-duga, apa ia kehausan karena ASI-ku masih sedikit, apa karena suhu di dalam rumah yang panas, dll. Akhirnya malam itu kami bergantian begadang menggendong Alif sambil membacakan surat-surat juz 30 supaya ia tenang. Esoknya, aku sms bu bidan. Bu bidan mengatakan kalau mungkin Alif haus sehingga rewel, sedangkan ASI-ku masih sangat sedikit. Baby blues mulai muncul. Aku mulai merasa sedih karena ASI-ku masih sedikit, sehingga Alif kehausan, aku merasa bersalah dan takut tidak bisa menjaga alif. Bermacam-macam fikiran buruk berkelebat. Sehingga membuat ASI-ku semakin tidak keluar. Bersyukurnya aku dikarunia suami yang bijaksana dan sigap dalam segala kondisi. Beliau segera membeli breastpump, suplemen pelancar ASI, dan daun katuk. Supaya Alif tetap tenang dan tidak membuatku semakin sedih, kami meminta tolong kakak perempuanku untuk menyusui Alif. Lalu aku memerah ASi-ku dan hanya mendapat sedikit. Selang beberapa saat kuperah kembali. Saat Alif bangun kusuapi dengan sendok kecil ke mulutnya. Untuk pemberian Air Susu Ibu Perah (ASIP) sebaiknya tidak menggunakan media dot, karena akan menyebabkan bingung putting pada bayi. Berikan ASIP dengan media sendok, cupfeeder atau pipet. Bingung putting sendiri adalah istilah untuk bayi yang menolak menyusu pada payudara ibunya setelah menyusu pada dot, hal tersebut dikarenakan perbedaan mekanisme pengeluarana ASI dari payudara dan dot. Bayi yang menyusu pada payudara harus memasukkan aerola ibu pada mulutnya dan menghisap kuat, jadi bukan sekedar meyedot putting. Sedangkan bayi yang menyusu pada dot hanya membutuhkan sedikit hisapan pada dot untuk mendapatkan ASI. Jika bayi sudah pernah menyusu dengan dot, kemungkinan ia akan mengalami bingung putting. Penolakan menyusu pada payudara ibu menyebabkan produksi ASI menjadi menurun, karena produksi ASI ibu prinsipnya adalah supply and demand. Semakin banyak bayi menyusu maka akan semakin banyak produksinya. Semakin sedikit bayi menyusu, maka akan semakin sedikit produksi ASI. Selain ikhtiar teknis tadi, fikiran sangat mempengaruhi produksi ASI. Semakin tenang, senang dan rileks kondisi ibu, maka ASI pun semakin lancar. Sebaliknya, jika Ibu sedih, tegang, stress, maka ASI akan sedikit keluarnya. Alhamdulillah setelah rutin memerah ASI, makan banyak sayur,minum suplemen, dan menenangkan diri, ASI-ku keluar dengan lancar bahkan berlimpah.
Hal lain yang menjadi tantangan adalah rasa sakit pasca melahirkan karena jahitan di perineum. Jahitan yang cukup panjang membuatku takut jika ingin BAK dan BAB, selain itu pekerjaan rumah yang harus kukerjakan tanpa khadimat (pembantu) menuntutku tak dapat banyak beristirahat, sehingga luka jahitan semakin terasa nyeri. Hal ini sering membuat was-was karena khawatir dan sakit. Pasca melahirkan, seminggu kemudian suami sudah mulai masuk kantor untuk bekerja, alhasil aku ditinggal berdua dengan si kecil di rumah. Baby blues kembali menghantui. Perasaan takut tidak dapt merawat Alif, takut Alif kenapa-kenapa, fisik yang lemah, merasa kehilangan waktu berdua dengan suami, rasa kesepian, lelah, bercampur aduk. Aku sering menangis sendiri, bahkan terkadang tidak ingin dekat-dekat dengan Alif, tidak ingin menggendongnya, tidak ingin melihatnya.. tapi aku cepat-cepat beristighfar memohon ampun, biasanya jika mulai muncul baby blues itu, aku segera menghampiri suami dan menangis di pelukannya, mencurahkan semua yang kurasakan (meski suami kadang geleng-geleng dengan jalan fikiranku yang saat itu banyak tidak logisnya), dan suami banyak menasehati dan menyemangatiku. Untuk mendeskripsikan apa itu Baby Blues, mungkin aku bukan pakarnya dari sisi medis maupun psikologi. Tapi dari pengalaman yang kualami, dapat kukatakan bahwa Baby Blues adalah situasi yang dialami oleh Ibu pasca melahirkan diantaranya berupa perasaan takut, cemas, lelah, merasa sendiri, dan berbagai perasaan yang campur aduk yang membuatnya menjadi tidak nyaman dengan dirinya, maupun dengan bayinya. Sebaiknya Ibu segera menyadari bahwa dirinya terserang sindrom ini dan berusaha menghilangkan dari dalam dirinya. Kalau aku pribadi, ketika mengalami Baby Blues, yang pertama kali kulakukan adalah mengidentifikasi, dengan cara bertanya kepada orang-orang yang pernah melahirkan sebelumnya, dan banyak membaca referensi terkait untuk mengetahui gejalanya. Setelah yakin bahwa aku terserang baby Blues, maka aku mencari solusinya. Yang kulakukan untuk menghilangkan baby blues antara lain :
1. Menulis. Menulis merupakan salah satu cara menuangkan apa yang kita fikirkan sekaligus mengabadikannya. Jika kita curhat dengan teman, maka setelahnya cerita kita akan hilang begitu saja, dan hanya teman kita saja yang tahu, tetapi jika kita menulis, maka cerita kita akan tercatat dan jika kita publikasikan (aku memilih media blog untuk mempublikasikan tulisan-tulisannku) maka akan banyak orang yang mengetahui cerita kita. Untuk menghilangkan baby blues, aku mencoba mengurai akar masalah yang membuat baby blues itu datang, yaitu persalinan dan kehadiran si kecil. Lalu aku mencoba berdamai dengan keadaan itu, mencoba untuk menerima rasa sakit, lelah, tangisan si kecil, dan setiap proses yang telah dan akan kulalui sebagai seorang ibu. Bukan mengalihkannya. Maka kutuliskan tiap proses persalinanku, kutuliskan segala perasaan, segala pemikiran di blog. Dan hasilnya : Perasaan ini jauh lebih tenang, jauh lebih bisa menerima kehadiran Alif. Nilai positif lainnya selain untuk diri kita pribadi adalah, ternyata tulisan itu dibaca oleh banyak orang dan menginspirasi untuk dapat memberdayakan diri dan berjuang agar dapat melahirkan normal.
2. Bertemu dengan banyak orang. Bertemu dengan banyak orang membuat fikiran kita tidak akan berfokus pada diri kita sendiri. Akan banyak informasi, Canda yang menghibur, juga tuntutan untuk selalu tersenyum, yang mengurangi baby blues yang kita rasakan
3. Me Time. Aku mendefinisikan Me Time sebagai waktu dimana kita menikmati kesendirian di luar rutinitas yang membuat jenuh tanpa diganggu siapapun. Di tengah rutinitas dan kesibukan mengurus si kecil yang tidak ada habisnya, kita harus pandai mencuri-curi waktu untuk melakukan aktivitas kesukaan kita. Kalau aku misalnya, setelah membereskan cucian baju kotor Alif, memandikan, menyusuinya hingga kenyang dan tertidur, kemudian aku penuhi hak jasadku dengan bersih-bersih dan makan. Nah, selama Alif tidur itu aku asyik merajut, baca buku, ngutak-ngatik flannel, dll.
4. Berfikir Positif. Yang paling penting dari semua tips di atas adalah kembali pada mindset kita, yaitu berfikir positif tentang kehadiran si kecil. Tidak dipungkiri, kehadiran si kecil di awal-awal kehidupannya memang sangat menyita waktu, energy, dan fikiran kita, tapi itu semua tidak akan lama. Hobi begadangnya si kecil akan berangsur-angsur hilang seiring bertambah usianya. Bayi sering tidur di siang hari dan bangun di malam hari karena masih mengikuti pola di dalam kandungan ibu, selain itu juga ia belum bisa membedakan siang dan malam. Hobi menyusui si kecil (pada bayi laki-laki konon lebih kuat menyusunya ketimbang bayi perempuan) akan berkurang seiring ia mengenal MPASI dan akan berhenti pada usia 2 tahun. Jadi kita yang harus dapat mengatur fikiran kita, segala hal yang saat ini dirasa sebagai penyebab baby blues sifatnya hanya sementara, dan masih membuat kita terkaget-kaget. Maka kita harus berusaha menerima dan beradaptasi dengan keadaan tersebut
Semangat menjalani hari-hari sebagai ibu baru.. Semangat memberi ASI Ekslusif hingga 6 bulan. Semangat mengobservasi tiap bahasa tubuh bayi mungil kita, dan belajar berkomunikasi dengannya. Semua kan terasa begitu menyenangkan jika kita menikmatinya.. Karena menjadi Ibu adalah hadiah terbesar bagi seorang wanita
Istana kecil kami, 20 November 2013
Intan Puspita Sari
Komentar
Posting Komentar