Belajar Menjadi Orangtua

Berumah tangga adalah pekerjaan besar, karena aktivitas membentuk generasi baru. Tetapi hampir tidak ada sekolah yang mendidik manusia untuk sukses berumah tangga. Oleh karena itu, tiap pribadi haruslah mempunyai semangat belajar yang tinggi mencerdaskan dirinya.
Membahas rumah tangga, artinya juga akan membahas tentang pendidikan anak… mengapa demikian? Karena kesiapan untuk menikah harus diikuti oleh kesiapan mempunyai keturunan. Dan kewajiban yang harus dilakukan kepada keturunan yang dimiliki bukanlah sekedar mengurus dan membesarkan, tetapi juga mendidiknya.
Seperti apakah prototype seorang anak yang dididik oleh keluarga muslim, berikut gambarannya :
 Anak Laki-lakiAnak Perempuan
  1. Menjadi hamba Allah yang bertakwa
  2. Menjadi calon suami yang baik
  3. Menjadi calon ayah yang baik
  4. Menjadi orang yang ahli di bidangnya / profesi
  5. Menjadi pendidik yang baik bagi anak dan istrinya
  6. Menjadi pengayom keluarga
  1. Menjadi hamba Allah yang bertakwa
  2. Menjadi calon istri yang baik
  3. Menjadi calon ibu yang baik
  4. Menjadi orang yang ahli di bidangnya / profesi

Gambaran anak tersebut menjadi pemacu bagi kita, para orang tua untuk terus belajar dan memantaskan diri. Karena dari tangan orang tua yang bertakwa insya Allah akan lahir anak-anak yang bertakwa.. karena dari tangan seorang ayah yang baik yang dapat mendidik seorang anak laki-laki yang kelak akan menjadi seorang ayah yang baik pula di masa depannya kelak.
Tentang nasehat-nasehat membentuk keluarga ideal ini dapat kita lihat dari kisah Lukman, seorang manusia biasa yang kemudian Allah angkat dirinya, Allah abadikan namanya, Allah ceritakan pola didiknya kepada anak-anaknya sebagai keluarga percontohan, selain kisah-kisah keluarga lain yang juga Allah contohkan, yaitu keluarga Imran, Ibrahim as, Ya’qub as, Daud as, Syu’aib as. Bagaimana Lukman mendidik anaknya dapat kita lihat dalam ayat-ayat berikut :
  1. Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya (Tsaran) dan ia menasehatinya: “Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar,” (Qs Luqman (31) : 13)
  2. Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau berada di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membawanya) sesengguhnya Allah maha halus lagi maha mengetahui.” (Qs Luqman (31) : 16)
  3.  Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (Allah).” (Qs Luqman : 17)
  4. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri ( Qs Luqman : 18)
  5. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan rendahkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruknya suara ialah suara keledai. (Qs Luqman : 19)
Dalam berumah tangga, ada indikator kebahagiaannya, diantaranya yaitu terdapat Sakinah, Mawaddah dan Rahmah. Sakinah adalah ketenangan, ditandai dengan semakin rindunya kita untuk kembali ke rumah setelah beraktivitas, menjumpai orang-orang terkasih menghadirkan ketenangan. Mawaddah artinya kehangatan/ kasih sayang. Ditandai dengan adanya dorongan batin yang kuat dalam diri kita untuk senantiasa berharap dan berusaha menghindarkan pasangan kita dari segala hal yang buruk, dibenci dan menyakitinya. Sedangkan Rahmah artinya kelembutan hati dan perasaan empati yang mendorong seseorang melakukan kebaikan kepada pihak lain yang patut dikasihi dan disayangi. Jika ketiganya sudah terdapat dalam kehidupan berumah tangga, maka terperciklah keindahan syurga di dunia :)
Tetapi tidak selamanya keharmonisan keluarga berjalan seperti yang kita inginkan.. adakalanya redup oleh kesibukan maupun berbagai ujian kehidupan. Ada beberapa tips yang bisa kita lakukan untuk melejitkan kembali kekuatan cinta dalam rumah tangga.
  1. Temukan sumber cinta kita
  2. Cari tahu apa kebahagiaan terbesarnya
  3. Fokuskan energi kita untuk mewujudkannya
Sesekali, tanyakan pada pasangan kita apa yang dapat membuatnya bahagia? Dan ikhtiarkan semampu kita untuk mewujudkannya. Maka keharmonisan akan selalu terjaga. Saya teringat nasehat Guru Al-Qur’an saya, ketika itu beliau mengatakan bahwa hakikat hidup berumah tangga adalah kita saling memberi karena Allah. Tanpa diminta, seorang istri mencintai, melayani sepenuh hati, berbakti kepada suami. Tanpa diminta, seorang suami mencintai, menafkahi, melindungi istrinya. Tanpa diminta pun, jika ada yang tidak beres di dalam rumah, masing-masing akan berlomba-lomba dalam menyelesaikan masalah tersebut. Semangat memberi.. bukan ingin diberi. Jika kesadaran untuk memberi itu tertanam kuat dalam diri masing-masing, maka masalah rumah tangga akan dapat diminimalisir.
Ketika kedua pasangan sudah saling memahami, maka tantangan berikutnya adalah dalam mendidik anak. Ada 3 hal mendasar yang harus dipenuhi oleh orang tua kepada anak-anaknya, yaitu :
  1. Penerimaan. Terimalah anak-anak kita sesuai dengan perkembangan usianya. Pada usia kanak-kanak, mungkin anak-anak akan sangat sering menanyakan “Bunda mau kemana?”, “Ayah dari mana?” setiap kali kita pergi atau pulang ke rumah. Kita tak perlu kesal, karena itulah tabiat khas anak-anak. Pada usia 10-15 tahun, kita kelak tak akan menemui pertanyaan itu lagi. Ada fase-fase kehidupan yang anak-anak kita jalani, dan kita harus dapat menerimanya
  2. Pujian. Pujian yang kita berikan kepada anak atas prestasi yang dilakukannya, sekecil apapun itu, sangatlah berarti. Pujian tersebut akan meningkatkan percaya dirinya, pujian tersebut akan membuatnya merasa dicintai, merasa berarti
  3. Penghargaan. Banyak orang tua yang bekerja sepanjang waktu untuk memberikan sebanyak-banyaknya materi pada anak, padahal sebenarnya cara terbaik memberi penghargaan pada anak tidak semata dengan materi. Hal yang bisa kita lakukan semisal  ketika ia mendapat prestasi, kita mengatakan bahwa kita bangga padanya, bahwa ia kelak akan bisa menjadi lebih baik lagi, dengan memberinya pelukan, mengusap rambutnya, hal itu akan sangat berharga untuk anak. Hindarilah mengkritik atau memberi peringatan kepada anak di depan teman-temannya, juga membanding-bandingkan pencapaiannya dengan orang lain. karena hal itu akan mengecilkan hatinya
Jika seorang anak tidak terpenuhi 3 unsur di atas dari kedua orang tuanya, maka sang anak akan mencarinya dari orang lain. Maka tak jarang kita temukan anak-anak remaja yang pacaran, karena ia merasa nyaman mendapatkan perhatian dan penghargaan dari lawan jenisnya, ia merasa menemukan orang yang dapat menerima dirinya apa adanya. Berbahagialah para orang tua yang anak-anaknya tak segan untuk bercerita kepada kita, artinya ia menemukan ketentraman, kedekatan hati, dan merasa dihargai oleh kita.
Sebagai penutup, ada pesan penting yang ingin saya bagikan kepada para Ibu, maupun calon Ibu (seperti saya, Aamiin.. ) :
“Menjadi pendidik bagi anak-anak kita adalah peran yang tidak bisa tergantikan oleh apapun di dunia ini, bahkan tidak bisa tergantikan oleh banyaknya materi. Maka, para wanita.. tak ada salahnya jika ingin bekerja di luar rumah, tetapi ada waktunya… waktu terbaik untuk bekerja di luar hanyalah sebelum kita mempunyai anak atau setelah anak-anak kita mandiri. Jangan pernah lewatkan kesempatan mendampingi anak-anak kita di masa perkembangannya. Tahukah Ibu, saat kita menyusui buah hati, maka tubuh kita memproduksi hormon oksitosin yang menumbuhkan kedekatan antara Ibu dan anak. Tak ada susu formula sekalipun yang dapat menggantikan air susu ibu dan efek yang ditimbulkan dari proses menyusui. Maka jika kita ingin mengubah masa depan generasi bangsa, kita dapat memulainya dengan mendidik sebaik-baiknya anak-anak kita.. Pahalanya tetap mengalir, meski sudah habis usia di dunia..”

oleh : Intan Puspita Sari

Postingan populer dari blog ini

Manusia (Insan) Sebagai Objek Kaderisasi

Ketuban Pecah Dini Tak Harus Berakhir Operasi Caesar

Konsep Dasar Akuntansi