Misi Gerakan : Review "Dari Gerakan ke Negara"

Salah satu artikel dengan judul “Dari Gerakan ke Negara” yang ditulis oleh tokoh terkemuka di kalangan pergerakan islam ini menyajikan satu pandangan yang komprehensif dan meninjaunya secara historis maupun secara kekinian (kontemporer). Kurang lebih apa yang kemudian Anis Matta, penulis artikel ini, kemukakan ialah pada evolusi gerakan yang mentransformasikan ‘dirinya’ menjadi suatu negara dimana wilayah kerja, system, dan manusia yang terlibat sudah mencapai skala yang lebih besar dan kompleks. Semakin meluas wilayah yang diaturnya, semakin kompleks system yang dibangunnya dan tuntutan manusia sebagai ‘material dasar’ masyarakat yang memiliki kapasitas yang besar dan dalam jumlah yang tidak sedikit.
Dalam kajian sejarah islam, sejarah hidup Rasulullah saw (sirah nabawiyah) menunjukkan satu peristiwa yang menjadikannya salah satu referensi dalam menentukan format seperti apa negara dalam konteks kehidupan abad modern saat ini. Bahwa asal muasal ‘negara Madinah’ bermula dari misi gerakan penyebaran nilai-nilai yang sama sekali baru saat itu di kalangan Quraisy Mekkah. Bahwa yang disebut Anis Matta, bahwa ‘sebuah agama telah menemukan orang-orangnya’ menunjukkan peristiwa pemberian beban membangun ‘peradaban’ dengan nilai tersebut, yang dalam hal ini Islam, kepada Muhammad saw dan para sahabatnya. Dan membangun gerakan dalam hal ini adalah langkah awal mereka ‘menancapkan bangunan peradaban mereka’, kata Anis Matta.
Dengan demikian, kita bisa menyerap satu kaidah sederhana, bahwa dalam misi gerakan apapun dimana misi itu merupakan misi penyebaran nilai, Islam misalnya, yang menjadi primer adalah membangun ‘ manusia peradaban yang beradab’, sebab tanah atau territorial sebagai syarat diakuinya sebuah komunitas yang menyatakan dirinya sebagai entittas politik, menjadi soal yang sekunder. Apa sebab? Sebab ia tidak lebih sebagai alat atau media tepatnya, yang mengantarkan ‘manusia-manusia peradaban’ mengaktualisasikan nilai-nilai yang diembannya dan untuk dijadikan sarana kolektif dalam bergerak. Hal ini secara eksplisit terangkum dalam hijrah Rasulullah saw dan para sahabat yang menyelamatkan keimanannya dari gangguan kafirin Mekkah ke Madinah setelah beberapa sahabat yang juga hijrah ke Habasyah terlebih dahulu.
Salah satu bukti yang menunjukkan Rasulullah membangun sebuah negara, dan Madinah sebagai wilayahnya ialah dengan melakukan sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para pendiri-pendiri negara. Yakni yang pertama adalah membangun insfrastruktur dengan masjid sebagai basis pemerintahan utama dan sebagai symbol ‘mercusuar’ pemersatu masyarakat madinah yang dihuni kaum muhajirin dan anshor. Kedua., dalam istilah Anis Matta, membangun kohesi sosial dimana mempersaudarakan antara kaum muhajirin Mekkah dengan kaum anshor penduduk asli Madinah. Ketiga, menyepakati satu kesepakatan bersama untuk hidup secara harmonis di tengah masyarakat yang pluralistic dengan membuat Piagam Madinah. Keempat, merancang system pertahanan negara, dengan konsep Jihad fii sabilillah sebagai konsepsi pertahanan terbaik saat itu.
Terakhir, satu kesimpulan yang perlu dipahami dalam misi membangun peradaban islam di masa mendatang ialah, diperlukan satu media atau alat yang mengantarkan muslimin dalam bergerak secara kolektif dan memiliki kekuatan yang massif. Dimana bahan dasar perdaban itu ialah negara, maka urgensi menetapkan negara sebagai media tersebut sangatlah penting. Namun, dalam hal format negara seperti apa negara itu diorganisasikan, itu menjadi suatu hal yang sangat fleksibel. Karena secara nash tidak ada syariat yang menetapkan seperti apa negara itu diorganisasikan. Karena dalam sejarah islam pun peradaban islam telah mengalami fleksibilitas format peradaban atau negara itu sendiri yang menjadi basis aktualisasi islam untuk diterapkan dan disebarkan. Dari kepemimpinan Rasulullah di Madinah, para sahabat Khulafaurrasyidin dengan kekhalifahannya, hingga dinasti – dinasti islam dengan kerajaannya sebelum keruntuhannya. Maka dengan demikian, yang perlu menjadi pertimbangan utama dalam menentukan format peradaban islam masa depan ialah perlunya memperhatikan situasi sosial masyarakat dunia saat ini, di abad modern ini. begitu. Waallahu a’lam.
Dalam kajian sejarah islam, sejarah hidup Rasulullah saw (sirah nabawiyah) menunjukkan satu peristiwa yang menjadikannya salah satu referensi dalam menentukan format seperti apa negara dalam konteks kehidupan abad modern saat ini. Bahwa asal muasal ‘negara Madinah’ bermula dari misi gerakan penyebaran nilai-nilai yang sama sekali baru saat itu di kalangan Quraisy Mekkah. Bahwa yang disebut Anis Matta, bahwa ‘sebuah agama telah menemukan orang-orangnya’ menunjukkan peristiwa pemberian beban membangun ‘peradaban’ dengan nilai tersebut, yang dalam hal ini Islam, kepada Muhammad saw dan para sahabatnya. Dan membangun gerakan dalam hal ini adalah langkah awal mereka ‘menancapkan bangunan peradaban mereka’, kata Anis Matta.
Dengan demikian, kita bisa menyerap satu kaidah sederhana, bahwa dalam misi gerakan apapun dimana misi itu merupakan misi penyebaran nilai, Islam misalnya, yang menjadi primer adalah membangun ‘ manusia peradaban yang beradab’, sebab tanah atau territorial sebagai syarat diakuinya sebuah komunitas yang menyatakan dirinya sebagai entittas politik, menjadi soal yang sekunder. Apa sebab? Sebab ia tidak lebih sebagai alat atau media tepatnya, yang mengantarkan ‘manusia-manusia peradaban’ mengaktualisasikan nilai-nilai yang diembannya dan untuk dijadikan sarana kolektif dalam bergerak. Hal ini secara eksplisit terangkum dalam hijrah Rasulullah saw dan para sahabat yang menyelamatkan keimanannya dari gangguan kafirin Mekkah ke Madinah setelah beberapa sahabat yang juga hijrah ke Habasyah terlebih dahulu.
Salah satu bukti yang menunjukkan Rasulullah membangun sebuah negara, dan Madinah sebagai wilayahnya ialah dengan melakukan sebagaimana yang biasa dilakukan oleh para pendiri-pendiri negara. Yakni yang pertama adalah membangun insfrastruktur dengan masjid sebagai basis pemerintahan utama dan sebagai symbol ‘mercusuar’ pemersatu masyarakat madinah yang dihuni kaum muhajirin dan anshor. Kedua., dalam istilah Anis Matta, membangun kohesi sosial dimana mempersaudarakan antara kaum muhajirin Mekkah dengan kaum anshor penduduk asli Madinah. Ketiga, menyepakati satu kesepakatan bersama untuk hidup secara harmonis di tengah masyarakat yang pluralistic dengan membuat Piagam Madinah. Keempat, merancang system pertahanan negara, dengan konsep Jihad fii sabilillah sebagai konsepsi pertahanan terbaik saat itu.
Terakhir, satu kesimpulan yang perlu dipahami dalam misi membangun peradaban islam di masa mendatang ialah, diperlukan satu media atau alat yang mengantarkan muslimin dalam bergerak secara kolektif dan memiliki kekuatan yang massif. Dimana bahan dasar perdaban itu ialah negara, maka urgensi menetapkan negara sebagai media tersebut sangatlah penting. Namun, dalam hal format negara seperti apa negara itu diorganisasikan, itu menjadi suatu hal yang sangat fleksibel. Karena secara nash tidak ada syariat yang menetapkan seperti apa negara itu diorganisasikan. Karena dalam sejarah islam pun peradaban islam telah mengalami fleksibilitas format peradaban atau negara itu sendiri yang menjadi basis aktualisasi islam untuk diterapkan dan disebarkan. Dari kepemimpinan Rasulullah di Madinah, para sahabat Khulafaurrasyidin dengan kekhalifahannya, hingga dinasti – dinasti islam dengan kerajaannya sebelum keruntuhannya. Maka dengan demikian, yang perlu menjadi pertimbangan utama dalam menentukan format peradaban islam masa depan ialah perlunya memperhatikan situasi sosial masyarakat dunia saat ini, di abad modern ini. begitu. Waallahu a’lam.
Komentar
Posting Komentar