Corporate Social Responsibility ; Social Investment Feature

Masih terekam inormasi beberapa tahun lalu, awal 2008, pada pertemuan World Economic Forum (WEF) yang diikuti negara – negara maju maupun berkembang, tercetus satu pernyataan oleh orang terkaya di dunia, William Henry Gates atau lebih dikenal Bill Gates, owner software Microsoft. Begini katanya dalam release Wall Street Journal ; ”Kita harus menemukan sebuah cara agar aspek-aspek kapitalisme yang melayani orang-orang kaya dapat juga "melayani masyarakat miskin.”
Dalam pembahasan kali ini yang menjadi sorotan utama adalah pada substansi ‘menemukan sebuah cara’ dalam ‘melayani masyarakat miskin’ dalam kutipan pernyataan Bill Gates saat itu. Sehingga, pembahasan, pengamatan, apalagi pembenaran kapitalisme itu sendiri, tidak disajikan kali ini. Menjadi unik dibahas pada dua kutipan pernyataan tersebut ialah karena orang terkaya di dunia itu, mungkin juga orang terkaya kedua dan seterusnya, menyatakan statement yang mengisyaratkan urgensi kepedulian terhadap social masyarakat yang memiliki ragam statusnya dan ‘strata sosialnya”. Kalau muaranya adalah ‘melayani masyarakat miskin’, maka bagaimana ‘menemukan sebuah cara’ itu adalah proses pengkajian dan pengamatan efektifitas dari sebuah cara yang disepakati sebagai aliran menuju muara tersebut. Akan banyak cara memang dalam menentukan aliran tersebut. Dalam artian cara menuju muara. Apa yang menjadi penentu dalam efektifitas cara adalah dengan mengidentifikasi dan menyepakati apa definisi dari melayani masyarakat miskin tersebut yang berarti meningkatkan taraf hidup social mereka. Kenyamanannya, kesejahteraannya. Atau dalam definsi lainnya. Namun, era industry ini setidaknya menyisihkan sedikit pentingnya sebagian besar masyarakat menikmati kemajuan industry itu sendiri. Maka, jika itu yang dipertimbangkan Bill Gates, artinya dunia bisnis, perusahaan, korporasi-korporasi, dalam hal ini harus menemukan cara yang dimaksud Bill Gates dalam pernyataannya. Agar bisnis mereka tetap mengalami pertumbuhan dengan pada saat yang sama bisa melayani masyarakat miskin.
Dalam peradaban dunia saat ini dengan aktivitas ekonomi didominasi dengan industrialisasi dimana-mana, maka kepedulian terhadap masyarakat miskin dengan begitu kita tersirat istilah Corporate Social Responsibility (tanggungjawab social perusahaan) sebagai salah satu fitur kepedulian social. Mengalokasikan beban CSR dalam struktur biaya perusahaan memvisualisasikan bahwa perusahaan telah menerapkan dan dan menjalankan tanggungjawab sosialnya sebagai “entitas masyarakat” social. Oleh sebab aktivitas bisnis perusahaan sedikit banyaknya memberikan efek pada tata sosial dan tata lingkungan masyarakat setempat. Bagi perusahaan penambangan misalnya, aktivitas penambangan yang sarat dengan eksploitasi lingkungan alam juga memberikan pengaruh pada ekologi suatu daerah. Limbah-limbah, sampah, dan sisa-sisa hasil pengolahan yang merusak lingkungan juga mestinya diakui sebagai expense (beban) dalam upaya normalisasi lingkungan agar tidak berdampak signifikan bagi masyarakat sekitar. Pada pemahaman lainnya selain kesadaran lingkungan tadi, sebenarnya dapat dikaji bahwa penyisihan dana CSR dapat pula meningkatkan potensi profitabilitas perusahaan masa depan. Dengan CSR yang rutin menjadi program perusahaan, maka dalam jangka panjang perusahaan telah meningkatkan citranya di masyarakat. Yang pada dasarnya konsumen potensial perusahaan. Jumlah 4 (empat) milyar penduduk miskin di dunia juga memberi peluang terbukanya pasar yang lebih luas. Oleh sebab kelak pada waktu-waktu mendatang penduduk miskin telah meningkat kesejahteraan ekonominya, maka dengan demikian memiliki daya beli (purchasing power) yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya untuk menjadi konsumen potensial perusahaan. Sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan nantinya. Dengan demikian wajarlah barangkali Bill Gates menyatakan demikian, karena memang dunia bisnis ditujukan untuk meraih keuntungan sebagai pokok aktivitasnya. Dan dengan demikian pula CSR dapat dikatakan sebagai salah satu fitur investasi sosial yang mencoba menjawab dari pencarian ‘cara’ dari proses ‘menemukan sebuah cara’ yang dinyatakan Bill Gates 2008 lalu.
Dalam pembahasan kali ini yang menjadi sorotan utama adalah pada substansi ‘menemukan sebuah cara’ dalam ‘melayani masyarakat miskin’ dalam kutipan pernyataan Bill Gates saat itu. Sehingga, pembahasan, pengamatan, apalagi pembenaran kapitalisme itu sendiri, tidak disajikan kali ini. Menjadi unik dibahas pada dua kutipan pernyataan tersebut ialah karena orang terkaya di dunia itu, mungkin juga orang terkaya kedua dan seterusnya, menyatakan statement yang mengisyaratkan urgensi kepedulian terhadap social masyarakat yang memiliki ragam statusnya dan ‘strata sosialnya”. Kalau muaranya adalah ‘melayani masyarakat miskin’, maka bagaimana ‘menemukan sebuah cara’ itu adalah proses pengkajian dan pengamatan efektifitas dari sebuah cara yang disepakati sebagai aliran menuju muara tersebut. Akan banyak cara memang dalam menentukan aliran tersebut. Dalam artian cara menuju muara. Apa yang menjadi penentu dalam efektifitas cara adalah dengan mengidentifikasi dan menyepakati apa definisi dari melayani masyarakat miskin tersebut yang berarti meningkatkan taraf hidup social mereka. Kenyamanannya, kesejahteraannya. Atau dalam definsi lainnya. Namun, era industry ini setidaknya menyisihkan sedikit pentingnya sebagian besar masyarakat menikmati kemajuan industry itu sendiri. Maka, jika itu yang dipertimbangkan Bill Gates, artinya dunia bisnis, perusahaan, korporasi-korporasi, dalam hal ini harus menemukan cara yang dimaksud Bill Gates dalam pernyataannya. Agar bisnis mereka tetap mengalami pertumbuhan dengan pada saat yang sama bisa melayani masyarakat miskin.
Dalam peradaban dunia saat ini dengan aktivitas ekonomi didominasi dengan industrialisasi dimana-mana, maka kepedulian terhadap masyarakat miskin dengan begitu kita tersirat istilah Corporate Social Responsibility (tanggungjawab social perusahaan) sebagai salah satu fitur kepedulian social. Mengalokasikan beban CSR dalam struktur biaya perusahaan memvisualisasikan bahwa perusahaan telah menerapkan dan dan menjalankan tanggungjawab sosialnya sebagai “entitas masyarakat” social. Oleh sebab aktivitas bisnis perusahaan sedikit banyaknya memberikan efek pada tata sosial dan tata lingkungan masyarakat setempat. Bagi perusahaan penambangan misalnya, aktivitas penambangan yang sarat dengan eksploitasi lingkungan alam juga memberikan pengaruh pada ekologi suatu daerah. Limbah-limbah, sampah, dan sisa-sisa hasil pengolahan yang merusak lingkungan juga mestinya diakui sebagai expense (beban) dalam upaya normalisasi lingkungan agar tidak berdampak signifikan bagi masyarakat sekitar. Pada pemahaman lainnya selain kesadaran lingkungan tadi, sebenarnya dapat dikaji bahwa penyisihan dana CSR dapat pula meningkatkan potensi profitabilitas perusahaan masa depan. Dengan CSR yang rutin menjadi program perusahaan, maka dalam jangka panjang perusahaan telah meningkatkan citranya di masyarakat. Yang pada dasarnya konsumen potensial perusahaan. Jumlah 4 (empat) milyar penduduk miskin di dunia juga memberi peluang terbukanya pasar yang lebih luas. Oleh sebab kelak pada waktu-waktu mendatang penduduk miskin telah meningkat kesejahteraan ekonominya, maka dengan demikian memiliki daya beli (purchasing power) yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya untuk menjadi konsumen potensial perusahaan. Sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan nantinya. Dengan demikian wajarlah barangkali Bill Gates menyatakan demikian, karena memang dunia bisnis ditujukan untuk meraih keuntungan sebagai pokok aktivitasnya. Dan dengan demikian pula CSR dapat dikatakan sebagai salah satu fitur investasi sosial yang mencoba menjawab dari pencarian ‘cara’ dari proses ‘menemukan sebuah cara’ yang dinyatakan Bill Gates 2008 lalu.
Komentar
Posting Komentar