Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2010

Kebahagiaan

Gambar
Ada perasaan yang tidak bisa didefinisikan terlalu baik dalam hal ini. Relung hati yang gejala fisiknya seolah ada air yang mengalir diantaranya. Yang gejala emosionalnya memberikan pengaruh pada kesadaran inteligensia untuk bisa menangkap hikmah jauh lebih optimal, tidak sebagaimana saat-saat paradoks yang jadi sisi terbaliknya. Peraasaannya meyakinkan kekhawatiran - kekhawatiran untuk tidak perlu terlalu larut dipikirkan. Apalagi dirisaukan. Dan nampaknya pengaruh itu juga memberikan perubahan pada raut wajah orang-orang yang sedang berbahagia. Karena kebaikannya. Dan menebarkan pesona keindahan bagi mereka yang berinteraksi dengannya. Sehingga pesona jiwa yang terpotret dalam raut wajah juga bisa memberikan dampak keterpesonaan bagi orang lain yang memandang. Bahagia juga pada akhirnya. Padahal belum lagi berkata dan berbuat apa – apa.

Polusi Riba di Langit Ekonomi (Lamunanku Pagi ini)

Gambar
Saya agak terheran-heran dalam memikirkan hal ini. Apa sebab yang jadi hulu ekonomi dunia begitu menyiksa sebagian besar orang sedang segelintir orang lainnya bisa mengakses harta begitu mudah. Dengan cara yang ia mau. Ya. Sangat mudah. Semudah orang-orang yang berkecukupan menjadi miskin kembali. Semudah orang-orang miskin menjadi fakir, dan begitu mudah karenanya menjadi kafir. Tak lagi berfikir soal akidah. Barangkali yang dipikirkannya, akankah esok dapat makanan. Dari kubangan-kubangan, tumpukan-tumpukan sampah. Sisa makanan orang-orang yang merampas harta mereka.

Saat-Saat Paling Rindu

Gambar
Dada bergemuruh. Nafasnya tersengal-sengal. Tubuh mengerutkan kulit-kulitnya. Seketika bicaramu jadi kelu. Bukan tidak sama sekali bicara atau dengan kata lain membisu. Tapi Entah apa sebabnya kau kan begitu kelu berucap. Pikiranmu lari dari sarangnya. Telinga disumbat. Wajah ditekap. Lalu kau rasakan gejolak jiwa yang penuh harap. Dan sisi manusiawi tumpah ruah. Hingga akhirnya kelopak mata tak sanggup membendung deras airnya. Seketika wajahmu jadi basah. Malam itu. Saat-saat kau usai menunaikan kepatutan para Rabb. Sesaat kau akan beri kesempatan pada tubuhmu untuk terlelap. Memberi ruang sepenuhnya rohmu untuk digenggam pemiliknya. Kau kembali rasakan itu. Saat-sat paling rindu dalam hidupmu. KEniscayaan jiwa yang rindu pada Allah, melahirkan benih-benih rindu pada orang-orang terbaik. Yang peristiwanya telah jadi cerita dan kisah-kisah. Lalu kau jadikan cerita dan kisah itu jadi sejarah. Lalu kau bingkai ia dan digantungkan di dinding hatimu. Agar saat kau rasakan kerinduan itu lag...

Bersama Rindu Menatap LangitMu

Gambar
Ditemani semilir angin sejuk yang menghempas. Bersama kicau yang membahagiakan. Beralasan dipan menghangatkan. Syahdu bersama ayat-ayatMu menambah sedu. Semai hikmah buah tafakur darinya. Mengisi ruang hati yang berubah jadi rindu. Ya. Begitulah pagi ini. Dengan segala Rahmat dan KaruniaNya. KEmbali menata hati dan diri. Harap rasa itu muncul lagi. Dengan lebih dahsyat. Agar bersamanya jiwa dan diri mampu terpacu dalam melahirkan kebaikan-kebaikan baru. Agar bersama geloranya menjadi latar dan alasan untuk tetap bertahan bersama kebaikan diantara problem-problem kehidupan. Dan lebih dari itu, agar hati hanya mau dan selalu rasakan itu. Yang sejatinya ia lahir dari bahan dasar cinta. Itulah rindu.

Andai Hanya Kau dan aku saja

Gambar
Bersama malamMu yang kurasa begitu hangat. Ada suasana batin y7ang bahagia bercampur haru. Bahagia karena aku bisa merasakankembali saat-saat paling dirindukan para perindu. Khususnya aku. Saat aku bisa menangisi segala dosa. Mengingat kembali janji-janjiMu. Tersenyum merekah karena dibalik kekhawatiranku selalu ada ruang harapan dariMu. Dan aku merasakan bahwa Kau telah mendekat lebih cepat dari usahaku mendekatkan diri. Andai hanya Kau dan aku saja. Barangkali ketergantunganku padaMu akan lebih besar. Kepasrahan diri dalam setiap masalah menjadi sangat intens. Ketakutan di sayap kiri dan harap di sayap kananku menjadi lebih seimbang. Cemasku di gelapnya malam, hanya akan kuadukan padaMu. Kekhawatiran di siang hari, hanya akan kusampaikan padaMu. Tidak untuk yang lain. Dan hanya untukMu.

Saat- Saat Paling Kerdil

Gambar
Ketajamann hati yang kian hari kian menumpul. Kekesatan nurani yang makin menjadi. Dan pikiran kelam yang menggelapkan mata dalam memandang. Perasaan gelisah yang sedu tapi semu. Gejolak jiwa yang mengobrak-abrikkan kebersihan diri. Kemudian kini tidak lagi mengenal janji suci dahulu. Yang pernah terucap sebelum terlahir. Janji yang selalu diulangi saat bertemu. Kemudian kini tidak lagi sadar bagaimana menyikapi. Saat-saat paling kerdil. Adalah saat perkenalan dengan Allah seperti tidak pernah terjadi dalam sejarahnya. Saat pemahaman diri sebagai hamba menjadi lupa. Lupa semuanya. MEnatap diri bagai kayu yang tersandar. terlihat besar dan mulia tapi cemar. Persetan dengan kata-kata indah dan mulia yang sering berulang diucap. Lalu mengingat-ingat sejarah keagungan diri. Tidak. Tidak akan. Tidak akan pernah kembali terulang melainkan ada kehendak diri untuk mengulang. Dan tidak akan pernah berganjar melainkan mengulang sejarah kebaikan atau memang Allah yang menghendaki tetap mendapatka...