Saat- Saat Paling Kerdil

Ketajamann hati yang kian hari kian menumpul. Kekesatan nurani yang makin menjadi. Dan pikiran kelam yang menggelapkan mata dalam memandang. Perasaan gelisah yang sedu tapi semu. Gejolak jiwa yang mengobrak-abrikkan kebersihan diri. Kemudian kini tidak lagi mengenal janji suci dahulu. Yang pernah terucap sebelum terlahir. Janji yang selalu diulangi saat bertemu. Kemudian kini tidak lagi sadar bagaimana menyikapi.

Saat-saat paling kerdil. Adalah saat perkenalan dengan Allah seperti tidak pernah terjadi dalam sejarahnya. Saat pemahaman diri sebagai hamba menjadi lupa. Lupa semuanya. MEnatap diri bagai kayu yang tersandar. terlihat besar dan mulia tapi cemar. Persetan dengan kata-kata indah dan mulia yang sering berulang diucap. Lalu mengingat-ingat sejarah keagungan diri. Tidak. Tidak akan. Tidak akan pernah kembali terulang melainkan ada kehendak diri untuk mengulang. Dan tidak akan pernah berganjar melainkan mengulang sejarah kebaikan atau memang Allah yang menghendaki tetap mendapatkan ganjaran.ng selalu diulangi saat bertemu. Kemudian kini tidak lagi sadar bagaimana menyikapi.

Kemuliaan dan keagungan tidak akan pernah menjadi gelar kehormatan yang disematkan pada siapapun. Pada dasarnya jika ada yang terlihat mulia dan agung adalah hanya karena itu ujian dari Allah. Yang jadi latar dari pemberiannya itu adalah dimaksudkan untuk menguji jiwa yang sebenarnya kerdil. Yang akan segera terlohat kembali benar adanya bahwa jiwa itu memang kerdil. Pilihannya satu diantara dua peluang. Menyadari kekerdilan diri atau orang yang akan memberi informasi mengenai kerdilnya diri itu. Maka, alasan timbulnya duapeluang itu juga dua. Rendahkan hati dengan berselimut rona kezuhudan atau banggakan diri bertameng kesombongan. Dan tidak ada kontradiksi diantara keduanya. Sama-sama begitu kaidahnya. Tak pernah berubah sampai kapanpun dan untuk kasus apapun.

PErbahkan kau rasakan itu? Saat paling kerdil dalam hidupmu. Jauh dari Allah. Lupa janji denganNya. Terlena dengan fantasi-fantasi dunia. Lalu seenaknya bersikap. Tanpa rasa malu bawah rasa khusyu itu hilang begitu saja karenanya. Dan jika kau tau itu, kau rasakan reduksi gati yang sulit kembali. Atau jika kau tidak tau, boleh jadi kau yang sejak dahulu belum kembali lagi.

Entah mengapa ada perasaan itu. Jawabannya beragam. Tapi kesadaran diri mencoba menjawab bawah biar rasa itu buat siapapun jadi malu. Lalu tersedu sejadi-jadinya. Biar rasa itu pula yang jadikan siapapun begitu rindu saat-saat khusyu. Keintiman bermunajat. Kedamaian yang menyejukkan. Dan rasa harap yang berubah jadi optimisme. Tapi jika tak begitu, maka berlama-lamalah dalam kenikmatan semu.

Jika kau benar menyikapai rasa itu, kau akan benar tersadar. Lalu kau tundukkan hatimu untuk bersimpuh penuh keluh. Kemudian hati kecilmu berseru syahdu;

"Duhai allah Yang Maafnya lebih luas dari gunung dosaku!"
"Duhai Rabb yang juga rindu hambaMU segera kembali!"
"Duhai Rabb Yang Selalu mau menerima taubat atas salahku!"

"Ampuni hamba ya Rabb. Ampuni saat Kau terlupa dari pikiranku yang semu. Ampuni hamba yang terlena dengan kenikmatan dunia yang Kau ujikan padaku. Izinkan hamba kembali bersimpuh di hadapanMu untuk kesekian kalinya. memperbaiki pengetahuanku tentang KebesaranMu. Mengingat kembali dosaku yang buat Kau cemburu. Meratapi diri yang kian hari kian sulit mengenalMu. Bukan karenaMu. Tapi karenaku. Yang menyulitkan diri dalam mengenalMu. Hingga aku begitu sulit mendekatiMu."

Duhai Rabb...Jika Kau menghendaki, mudahlah bagimu mengakhiri hidupku saat-saat aku jauh dariMu, saat aku lupa denganMu, saatku pilu bukan karenaMu. Mudah bagiMu mencabut nyawa melewati tenggorokan disaat hanya Kau yang paling dekat dengannya, dan aku hanya bisa mengingkari.

"Duhai Rabb yang menurunkan hujan dari langit. Menumbuhsuburkan tanaman di tanah. Menciptakan kayu bakar sebagai bekal para musafir. Menghendaki air hina terpancar lalu bertemu, lalu tercipta. Izinkan aku memperbaiki pengetahuanku tentang diriMu dengan kesempatan waktu tersisa yang Kau berikan. Jadikan hamba salah seorang yang dekat denganMu. Berikan hamba kekuatan dalam melakukannya. Beri hamba kesempatan yang barangkali aku bosan memintanya namun tidak bagimu. Anugerahi keluhuran pekerti yang akan jadi pakaianku. Yang dengannya aku tergolong hamba-hamba bertaqwa. Isilah ruang kosong hatiku dengan keimanan dan cinta kepadaMu. Biarlah aku bersama hidupku selalu rindu akan pertemuan denganMu. Jadikan kewaspadaan karena iman yang jadi perisaiku. Yang dengan khusyuku, aku terhindar dari goda para penggoda yang menggelincirkan. "

"Duhai Rabb...Di sisa-sia kesempatan ini, biarlah aku selalu memendam rindu pada janjiMu. Agarku mampu bertahan bersama amal-amal kebajikan. Agarku bisa melawan kemalasan diri dari beribadah dan sunnah. Dan untuk aku yang juga rindu pada RasulMu, menjdai bagian dari rindu padaMu. Juga pada para syuhada. Sehingga aku pada akhirnya bisa mendefinisikan kembali apa arti cinta bagiku. Amiin ya Rabb"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manusia (Insan) Sebagai Objek Kaderisasi

Ketuban Pecah Dini Tak Harus Berakhir Operasi Caesar

Konsep Dasar Akuntansi